Emagine Mamma Mia Here We Go Again

MAMMA MIA! HERE WE GO AGAIN (2018)

Berbeda dengan apa yang disugestikan judulnya, Mamma Mia! Here We Go Again bukan cuma undangan mengunjungi ulang kemeriahan di Pulau Kalokairi. Nuansanya masih sama, dengan judul-judul seperti I Have a Dream, Dancing Queen, dan (tentunya) Mamma Miakembali mengisi deretan lagu dalam jukebox-nya ditambah beberapa karya ABBA lain yang belum diperdengarkan di movie pertama, tapi sekuel dari raksasa Box Office 2008 (memperoleh $615 juta di seluruh dunia) ini bukan repetisi. Alurnya memperkuat, memperkaya pondasi bagi kisah serta karakter yang telah diletakkan pendahulunya sambil sesekali menyelipkan nostalgia.

Strukturnya bergerak maju-mundur secara rapi antara masa kini (v tahun pasca picture pertama) ketika Sophie (Amanda Seyfried) membangun ulang hotel Bella Donna demi mengenang mendiang ibunya, Donna (Meryl Streep), dan masa lalu yang menyoroti kehidupan Donna muda (Lily James). Pada Mamma Mia!, kita hanya mendengar bagaimana Donna dahulu merupakan gadis muda penuh semangat yang nekat tinggal serta membangun hotelnya sambil merawat puterinya seorang diri. Here We Go Again mengajak kita menyaksikan itu secara langsung, termasuk romansa kilatnya dengan tiga pria: Sam (Pierce Brosnan), Beak (Stellan Skarsgard) dan Harry (Colin Firth).

Saya termasuk yang dulu bertanya-tanya, mengapa ketiga pria yang telah mapan ini tak hanya bersedia, bahkan antusias menyambut undangan Sophie untuk bertemu Donna lagi. Pertanyaan itu terjawab. Walau singkat, romansa mereka amat berkesan kalau enggan disebut life irresolute. They had the time of their life, so are we while watching their precious togetherness. Mengambil tampuk penyutradaraan dari Phyllida Lloyd, Ol Parker (Imagine Me & Y'all, Now Is Good) membungkus momen-momen tersebut lewat musikal yang sama meriahnya tapi jauh lebih memikat dalam hal estetika. Simak Waterloo yang mempunyai variasi mise-en-scène juga koreografi luar biasa. Saya ikut bernyanyi, tersenyum lebar, meneteskan air mata. Air mata bahagia.

Pendalaman mitologinya tidak berhenti di situ. Kenapa Donna memilih menikahi Sam, sementara Rosie (Julie Walters) memilih menjalin asmara dengan Beak misalnya, akan kita temui alasannya di sini. Selain meningkatkan kualitas pengadeganan sebagai sutradara, Ol Parker yang merangkap penulis turut memperbaiki kelamahan film sebelumnya terkait naskah. Parker cerdik membangun alur berdasarkan dua hal, yakni lubang-lubang, atau tepatnya unsur yang belum dijelaskan oleh Mamma Mia! dan lirik-lirik lagu yang dipilih. Beberapa nomor macam I've Been Waiting for You hingga My Dearest, My Life yang sejatinya membicarakan cinta romantis disulap jadi cinta ibu-anak, menghasilkan kadar emosi berlipat ganda termasuk konklusi penguras tangis tatkala cukup bermodalkan satu sekuen musikal, Streep dan senyum hangat penuh kasihnya sanggup memberi impresi yang tidak principal-main.

Streep memang harus menyerahkan screen time-nya kepada Lily James yang menghadirkan salah satu performa paling lovable, berenergi, dan berkarisma dalam flick musikal. Setiap sekuen dilakoninya bak seorang mega bintang/ratu dansa penguasa tiap sudut panggung yang menghipnotis tak saja trio Sam-Beak-Harry agar seketika jatuh hati, juga penonton. Apabila serial Downton Abbey (2012-2015) membawa James meraih beberapa penghargaan sementara Cinderella (2015) membuat namanya dikenal luas di skena film layar lebar, Mamma Mia! Hither Nosotros Go Again bakal melambungkan statusnya menjadi aktris utama kelas A.

Sedangkan jajaran bandage lain yang bertugas memerankan versi muda karakter moving-picture show pertamanya berjasa memuluskan transisi dua latar waktu alurnya. Saya percaya jika Sam versi Jeremy Irvine akan tumbuh jadi pria berwibawa seperti Brosnan dan Hugh Skinner memiliki kecanggungan dan kekakuan menarik layaknya Firth. Pun acap kali saya sekilas mengira sedang menyaksikan latar sekarang karena kesesuaian fisik juga perilaku Jessica Keenan dan Wynn Alexa Davies dengan kedua senior mereka, Julie Walters dan Christine Baranski.

Di permukaan, Mamma Mia! Hither We Get Once again bicara perihal kenangan, dan Ol Parker berbaik hati memberi bonus kepada penggemar movie pertamanya dengan beberapa momen nostalgia ("stair-sliding" and "lady with the woods" scene are my favorites). Nostalgia pun dialami tokoh-tokohnya, di mana banyak dari mereka bereuni dengan sosok spesial dari masa lalu masing-masing. Cheesy, sarat kebetulan, namun alangkah sulit rasanya menyangkal kebahagiaan yang dipancarkan olehnya. Sama seperti kemunculan singkat Ruby, ibunda Donna, nenek Sophie, yang sejatinya kurang esensial terkait plot, tapi siapa menolak melihat Cher mengambil alih panggung? Lebih dari itu, proses saling singgung antar dua latar waktu turut menghasilkan refleksi seputar ikatan batin ibu dan anak yang merupakan penopang rasa utama moving-picture show ini, salah satu pic dengan kandungan rasa paling kaya sepanjang tahun.

auldwhicard.blogspot.com

Source: https://movfreak.blogspot.com/2018/07/mamma-mia-here-we-go-again-2018.html

0 Response to "Emagine Mamma Mia Here We Go Again"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel